Rss Feed

Ainun Qolby


Al Hikam ( Ibnu Athoilah )

ثم قال ( الحق ) تعالى ( ليس بمحجوب ) أي ليس حجاب وصفاله سبحاله ( وإنما المحجوب ) أي متصف بالحجاب ( أنت ) بصفاتك النفسانية ( عن النظرائية ) فان اردت الوصول إليه والدخول في حضرته فابحث عن عيوب نفسك وعالجها تصل إليه وتشاهده ببصيرتك ثم استدلّ على نفي الحجاب عن الرب.
        
Allah Ta’ala, dzat yang tetap sifat kesempurnaannya.  Ketika Allah memiliki sifat Ar Rahman, Ar Rahiim, al Hakiim dll ( dalam Asmaul Husna ), sifat tersebut tidak akan berubah. Berbeda dengan manusia ( makhluk ) seiring berjalannya waktu sifat yang dimiliki manusia bisa berubah. Seseorang yang kurus bisa berubah menjadi gendut.  Begitupun sifat seseorang yang asalnya kalem, halus tutur kata bisa saja berubah dalam hitungan detik sebab dipukul misalnya.
            Tak ada yang menutup sifat Allah. Sementara sifat manusia bisa tertutup oleh nafsu. Tetapi ainun qolbi  ( mata hati ) jika diberi kesempatan oleh Allah untuk melihat yang lain ( makrifat ). Setiap mata hati hakikatnya bisa melihat orang lain namun sebagian besar hati manusia tertutup oleh nafsu.
            Dikisahkan ada seorang kyai yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi pada orang lain dan memang benar – benar terjadi. Sampai suatu ketika kyai ini bermimpi disuruh uzlah berguru pada waliyullah di negeri seberang. Maka berangkatlah sang kyai dan bertemu dengan waliyullah. Ketika berhadapan langsung kyai tersebut melihat tulisan An Naar ( neraka ) di dahi waliyullah. Sang Kyai tertegun, bagaimana bisa waliyullah tertulis neraka di dahinya.
            Selidik punya selidik setiap waliyullah sering keluar berjalan – berjalan. Maka kyai pun mengikutinya dan didapati waliyullah masuk ke warung yang sangat ramai. Waliyullah bukan tak  mengetahui ia dibuntuti bahkan waliyullah memanggil dan mengajak Kyai makan bersama. Setelah itu Waliyullah berjalan kembali tak urung Sang Kyai kembali membuntutinya hingga sampailah pada sebuah sungai. Disitulah kemudian Waliyullah bukannya berenang tapi berjalan di atas sungai.
            Selanjutnya Waliyullah memanggil sang kyai mendekat. Kyai pun berenang mendekati waliyullah. Waliyullah pun berujar, “ Apapun yang kau lihat belum tentu benar, maka lihatlah dan mintalah petunjuk kepada Allah “. Jika engkau dikaruniai ngerti  oleh Allah maka kamu tidak diperbolehkan untuk menyampaikan apa yang dilihat. Tapi diharuskan melihat dengan nur Allah tetaplah untuk meminta petunjuk Allah. Karena ilmu Allah tidak ada penutup sedangkan ilmu manusia bisa tertutup nafsu.
            Meskipun kamu pergi ke seberang lautan untuk uzlah di tempat yang jauh jika hatimu tidak ditata maka takkan bisa tercapai maksudmu. Nafsu adalah keinginan – keinginanmu yang tidak sesuai. Semakin tebal keinginanmu tersebut semakin tebal penghalangmu dengan Allah. Jika hatimu ingin wushul (sampai) kepada Allah maka kamu harus mencari ampun pada Allah atas segala kesalahan. Mengingat – ingat apa yang menjadi kesalahan dan kecacatan pada dirinya dalam upaya menjaga nafsu.
            Beristigfar setiap terasa ada sifat sombong, iri. Juga memohon ampun karena telah menyia – nyiakan waktu. Bahkan ikan – ikan pun membaca istighfar. Menangislah karena Allah yang menjadi jalan untuk segala permasalahanmu. Ketika kamu bisa wushul maka itu akan menjadi jalan menjadi kekasih Allah. Dan dari situlah kamu dapat mlihat dengan mata hati.
            Alkisah Kyai tadi tidak mau memberi tahu apa – apa yang dilihatnya lagi. Tampaknya Kyai tak ingin lagi tertipu oleh nafsu. Ketika ditanya oleh seseorang tentang keberatan kyai menyampaikan lagi apa yang diketahuinya kini, Kyai menjawab, “aku takut pada Allah, karena apa yang belum terjadi adalah hak Allah. Bukan hakmu ataupun hakku. Apa yang menjadi hakmu adalah apa yang terjadi sekarang, maka kamu tidak boleh mengetahui apa yang belum terjadi karena itu adalah hak Allah. Maka kamu harus bisa menemukan hatimu kepada Allah. Menempatkan dirimu di hadapan Allah melalui penglihatan hatimu.”
                 
Yogyakarta, 26082014
Pondok Pesantren Darul Ulum wal Hikam (DAWAM)
Pengajian dibawah asuhan Kyai Sugeng Utomo


NB : apabila terdapat kesalahan dan kekurangan semata - mata berasal dari Penulis

0 komentar:

Posting Komentar