Al Hikam ( Ibnu Athoilah )
ثم قال ( الحق ) تعالى ( ليس بمحجوب ) أي ليس حجاب
وصفاله سبحاله ( وإنما المحجوب ) أي متصف بالحجاب ( أنت ) بصفاتك النفسانية ( عن
النظرائية ) فان اردت الوصول إليه والدخول في حضرته فابحث عن عيوب نفسك وعالجها
تصل إليه وتشاهده ببصيرتك ثم استدلّ على نفي الحجاب عن الرب.
Allah
Ta’ala, dzat yang tetap sifat kesempurnaannya. Ketika Allah memiliki sifat Ar Rahman, Ar
Rahiim, al Hakiim dll ( dalam Asmaul Husna ), sifat tersebut tidak akan
berubah. Berbeda dengan manusia ( makhluk ) seiring berjalannya waktu sifat
yang dimiliki manusia bisa berubah. Seseorang yang kurus bisa berubah menjadi
gendut. Begitupun sifat seseorang yang
asalnya kalem, halus tutur kata bisa saja berubah dalam hitungan detik sebab
dipukul misalnya.
Tak ada yang menutup sifat Allah.
Sementara sifat manusia bisa tertutup oleh nafsu. Tetapi ainun qolbi ( mata hati ) jika diberi kesempatan oleh
Allah untuk melihat yang lain ( makrifat ). Setiap mata hati hakikatnya bisa
melihat orang lain namun sebagian besar hati manusia tertutup oleh nafsu.
Dikisahkan ada seorang kyai yang
bisa mengetahui apa yang akan terjadi pada orang lain dan memang benar – benar
terjadi. Sampai suatu ketika kyai ini bermimpi disuruh uzlah berguru pada
waliyullah di negeri seberang. Maka berangkatlah sang kyai dan bertemu dengan
waliyullah. Ketika berhadapan langsung kyai tersebut melihat tulisan An Naar
( neraka ) di dahi waliyullah. Sang Kyai tertegun, bagaimana bisa
waliyullah tertulis neraka di dahinya.
Selidik punya selidik setiap
waliyullah sering keluar berjalan – berjalan. Maka kyai pun mengikutinya dan
didapati waliyullah masuk ke warung yang sangat ramai. Waliyullah bukan
tak mengetahui ia dibuntuti bahkan
waliyullah memanggil dan mengajak Kyai makan bersama. Setelah itu Waliyullah
berjalan kembali tak urung Sang Kyai kembali membuntutinya hingga sampailah
pada sebuah sungai. Disitulah kemudian Waliyullah bukannya berenang tapi
berjalan di atas sungai.
Selanjutnya Waliyullah memanggil
sang kyai mendekat. Kyai pun berenang mendekati waliyullah. Waliyullah pun
berujar, “ Apapun yang kau lihat belum tentu benar, maka lihatlah dan mintalah
petunjuk kepada Allah “. Jika engkau dikaruniai ngerti oleh Allah maka kamu tidak diperbolehkan untuk
menyampaikan apa yang dilihat. Tapi diharuskan melihat dengan nur Allah
tetaplah untuk meminta petunjuk Allah. Karena ilmu Allah tidak ada penutup
sedangkan ilmu manusia bisa tertutup nafsu.
Meskipun kamu pergi ke seberang
lautan untuk uzlah di tempat yang jauh jika hatimu tidak ditata maka takkan
bisa tercapai maksudmu. Nafsu adalah keinginan – keinginanmu yang tidak sesuai.
Semakin tebal keinginanmu tersebut semakin tebal penghalangmu dengan Allah. Jika
hatimu ingin wushul (sampai) kepada Allah maka kamu harus mencari ampun
pada Allah atas segala kesalahan. Mengingat – ingat apa yang menjadi kesalahan
dan kecacatan pada dirinya dalam upaya menjaga nafsu.
Beristigfar setiap terasa ada sifat sombong,
iri. Juga memohon ampun karena telah menyia – nyiakan waktu. Bahkan ikan – ikan
pun membaca istighfar. Menangislah karena Allah yang menjadi jalan untuk segala
permasalahanmu. Ketika kamu bisa wushul maka itu akan menjadi jalan
menjadi kekasih Allah. Dan dari situlah kamu dapat mlihat dengan mata hati.
Alkisah Kyai tadi tidak mau memberi
tahu apa – apa yang dilihatnya lagi. Tampaknya Kyai tak ingin lagi tertipu oleh
nafsu. Ketika ditanya oleh seseorang tentang keberatan kyai menyampaikan lagi
apa yang diketahuinya kini, Kyai menjawab, “aku takut pada Allah, karena apa
yang belum terjadi adalah hak Allah. Bukan hakmu ataupun hakku. Apa yang
menjadi hakmu adalah apa yang terjadi sekarang, maka kamu tidak boleh
mengetahui apa yang belum terjadi karena itu adalah hak Allah. Maka kamu harus
bisa menemukan hatimu kepada Allah. Menempatkan dirimu di hadapan Allah melalui
penglihatan hatimu.”
Yogyakarta,
26082014
Pondok
Pesantren Darul Ulum wal Hikam (DAWAM)
Pengajian
dibawah asuhan Kyai Sugeng Utomo
NB
: apabila terdapat kesalahan dan kekurangan semata - mata berasal dari Penulis
0 komentar:
Posting Komentar